10 April 2020

Cinta Dari Tanah Minang

Malam bacintooo... " suara emas penyanyi senior, Elly Kasim menghangatkan suasana malam Jakarta yang sejak siang diguyur rintik hujan. Perempua berusia 70 tahun itu masih tampak demikian bersahabat dengan panggung. Sambi diiringi musik Minang Jazz dari Rynd Band, Elly menghibur ratusan tamu dalam acaraa Perempuan dan Budaya Minangkabau, pertengahan bulan ini.

Tari Piring, Minang Kabau, Sumatera Barat
Pagelaran tersebut merupakan rangkaian dari Sumatra Barat Expo 2013 di Parkir Senayan, Jakarta Selatan. Pagelaran yang diselenggarakan oleh komunitas Indojalito Peduli tersebut mengusung budaya Minangkabau, tidak hanya dalam bentuk musik dan nyanyian, tapi juga fesyen serta tarian. Tidak heran apabila malam itu seakan mereka yang hadir berada di ranah minang, buka di Jakarta yang penug dengan kepenatan.

"Harapan kegiatan semacam ini bisa mengobati kerinduan komunitas Minang di tanah rantau akan kampung halaman, dan menjadi sarana pengetahuan bagi masyarakat umum," kata Vita Gamawan Fauzi, Ketua Dewan Kehormatan Indojalito Peduli.
Komunitas tersebut terdiri dari pada perempuan yang memiliki hubungan dengan ranah minang, baik dari lahir maupun dari pernikahan. Selain kegiatan budaya, mereka juga aktif di kegiatan-kegiatan sosial.

Pertunjukan dibuka dengan tari kontemporer bertajuk Perempuan Untuk Minang, yang dibawakan oleh para penari pria dan perempuan dari Gumarang Sakti Dance Company. Tarian dengan gerakan dinamis itu merupakan karya Benny Krisnawardi.


Para penonton terlihat begitu menikmati tarian ini. Banyak dari mereka yang maju mendekati panggung untuk mengabdikan setiap gerakan dan ekspresi para penari yang mengenakan konstum tradisional berwarna hitam itu. Begitu para penari masuk panggung, muncul para model dadakan yang berasala dari perempuan Indojalito Peduli. Mereka yang sehari-harinya berprofesi antara lain sebagai dokter sampai pengusaha ini tampak berusaha keras berlenggak-lenggok di catwalk.

Para perempuan itu membawakan busana hasil rancangan desainer berdarah Bukitinggi, Mangala Iddhi Chandra. Koleksi yang ditampilkan malam itu semuanya untuk para perempuan, baik busana muslimah maupun gaun malam biasa. Warnaya ? Dominan ungu dan indigo.

Setelah diselingi penampilan dari Elly Kasim, empat penari payung membawa keriaan bagi yang hadir malam itu.
Mereka memberi jeda yang manis sebelum para anggota Indojalito Peduli kembali memasuki catwalk.

Kali ini mereka mengenakan pakaian hasi kreasi Zahred Couteru dari Sarah Tjeha, dengan bahan-bahan semacam chiffon dan sutra. Bahan-bahan itu dipadukan dengan kain songket khas Sumatra. Sempat diselingi kembali dengan penampilan dari Rynd Band, mereka muncul lagi dengan rancangan Dian Pelangi.

Dipenghujung acara, perempuan Minang tersebut berada di atas panggung bersama Elly Kasim dan pendukung acara lainnya untuk memberikan penghormatan ke penonton. Jarum jam menunjukkan waktu yang semakin larut. Para penonton hadir dan bukan tak mungkin, pulang dengan membawa Budayan Minang dalam kenangan.


Sumber Media Cetak : Bisnis Indonesia, 24 November 2013